Bencana banjir yang merendam 488 hektare persawahan di Desa Padangsari, Mulyasari, Mulyadadi, dan Pahonjean, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, mulai surut.
"Hingga Jumat (12/3) pagi, sekitar 30% area persawahan yang kemarin terendam banjir, kini sudah surut," kata Kepala Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wilayah Majenang, Sabar di Majenang. Menurut dia, area persawahan yang telah surut tersebut berada di pinggiran desa, sedangkan yang berada di bagian tengah hingga saat ini masih terendam.
Ia mengatakan, area persawahan yang terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Cikawung pada 10 Maret lalu, dipastikan mengalami kerusakan. "Bahkan luas tanaman padi yang dipastikan mengalami puso, diperkirakan mencapai 120 hektare. Usia tanaman padi pada area persawahan yang terendam banjir berkisar antara 40-50 hari," katanya.
Kendati banjir tersebut mulai surut, kata dia, dua unit perahu karet milik BPBD Cilacap dan Balai Besar Sungai Citanduy Kota Banjar (Jawa Barat) hingga saat ini masih disiagakan di sekitar lokasi bencana. Ia mengatakan, hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan banjir kembali merendam wilayah tersebut.
Menurut dia, penanganan terhadap tanggul Sungai Cikawung yang jebol diperkirakan baru dapat dilaksanakan setelah air sungai surut. "Bencana banjir kemarin memang tidak sampai menyebabkan adanya pengungsian, tetapi kami tetap menyiagakan dua perahu karet," kata Sabar.
Seperti yang diwartakan sebelumnya, banjir yang terjadi di wilayah tersebut disebabkan adanya tiga titik tanggul yang jebol, masing-masing berada di Sungai Cikawung sebanyak dua titik dan satu titik di Sungai Solokan I (anak Sungai Cikawung, red.).
Lokasi tanggul jebol tersebut berada di sekitar PT Perkebunan Nusantara IX yang masuk wilayah Desa Karangreja, Kecamatan Cimanggu, Cilacap.
Banjir di empat desa tersebut juga pernah terjadi pada awal Februari 2009 akibat hujan lebat dan luapan Sungai Cikawung, sehingga ratusan kepala keluarga harus mengungsi karena ketinggian air berkisar 150-200 sentimeter. Sumber Media Indonesia
"Hingga Jumat (12/3) pagi, sekitar 30% area persawahan yang kemarin terendam banjir, kini sudah surut," kata Kepala Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap Wilayah Majenang, Sabar di Majenang. Menurut dia, area persawahan yang telah surut tersebut berada di pinggiran desa, sedangkan yang berada di bagian tengah hingga saat ini masih terendam.
Ia mengatakan, area persawahan yang terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Cikawung pada 10 Maret lalu, dipastikan mengalami kerusakan. "Bahkan luas tanaman padi yang dipastikan mengalami puso, diperkirakan mencapai 120 hektare. Usia tanaman padi pada area persawahan yang terendam banjir berkisar antara 40-50 hari," katanya.
Kendati banjir tersebut mulai surut, kata dia, dua unit perahu karet milik BPBD Cilacap dan Balai Besar Sungai Citanduy Kota Banjar (Jawa Barat) hingga saat ini masih disiagakan di sekitar lokasi bencana. Ia mengatakan, hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan banjir kembali merendam wilayah tersebut.
Menurut dia, penanganan terhadap tanggul Sungai Cikawung yang jebol diperkirakan baru dapat dilaksanakan setelah air sungai surut. "Bencana banjir kemarin memang tidak sampai menyebabkan adanya pengungsian, tetapi kami tetap menyiagakan dua perahu karet," kata Sabar.
Seperti yang diwartakan sebelumnya, banjir yang terjadi di wilayah tersebut disebabkan adanya tiga titik tanggul yang jebol, masing-masing berada di Sungai Cikawung sebanyak dua titik dan satu titik di Sungai Solokan I (anak Sungai Cikawung, red.).
Lokasi tanggul jebol tersebut berada di sekitar PT Perkebunan Nusantara IX yang masuk wilayah Desa Karangreja, Kecamatan Cimanggu, Cilacap.
Banjir di empat desa tersebut juga pernah terjadi pada awal Februari 2009 akibat hujan lebat dan luapan Sungai Cikawung, sehingga ratusan kepala keluarga harus mengungsi karena ketinggian air berkisar 150-200 sentimeter. Sumber Media Indonesia